gravatar

Tom Jacob S.J.: "Vatikan II: Hidup atau Mati?"


Artikel ini adalah cuplikan atas tulisan Prof.DR.Tom Jacob, S.J. dlm Majalah Rohani, Juli 1993.... Semua itu berubah dengan Konsili Vatikan II, dimana orang untuk pertama kalinya mulai sadar akan keterbatasan Gereja dalam wujud kebudayaan Eropa. Dalam konfrontasi dengan kebudayaan-kebudayaan lain, khususnya dari Asia dan Afrika, Gereja menjadi sadar bahwa penampilannya dalam rupa Eropa tidak berasal dari Yesus, melainkan berkembang dalam peredaran jaman. Dan disadari pula bahwa apa yang berabad-abad lamanya menjadi rupa Gereja, ternyata tidak musti demikian. Juga bisa dengan cara yang lain.



APA YANG BOLEH DIHARAPKAN

... Sebab akibat (sengaja atau tidak disengaja) dari konsili adalah pluralisme. Sesudah Konsili Vatikan II Gereja Katolik sudah tidak sepadan lagi. Keanekaragaman paling kentara dalam bidang liturgi. Dengan dihapusnya Bahasa Latin sebagai bahasa kesatuan Gereja, maka liturgi berkembang di Gereja-Gereja partikular menurut adat dan kebudayaan setempat. Dan karena prinsip keanekaragaman ini telah diterima dalam Gereja universal, maka juga dipakai dalam perkembangan liturgi lokal. Juga dalam satu keuskupan ada aneka macam dan cara merayakan liturgi. Keseragaman sudah tidak ada. Begitu juga dalam adat-kebiasaan kebiaraan (yang mencolok sekali dalam hal busana), tetapi juga dalam organisasi dan tugas-jabatan di dalam Gereja. Tugas dan peranan diakon, katekis, dan ketua lingkungan tidak hanya berbeda menurut keuskupan, tetapi juga antara paroki satu dengan paroki yang lain. Bahkan putra altar pun tidak seragam lagi dengan adanya putri altar.

DASAR KEANEKARAGAMAN
Dasar keanekaragaman ini adalah keanekaragaman konsili sendiri. Belum pernah dalam sejarah Gereja ada sebuah konsili yang uskup-uskupnya sungguh datang dari seluruh dunia...

... Semua itu berubah dengan Konsili Vatikan II, dimana orang untuk pertama kalinya mulai sadar akan keterbatasan Gereja dalam wujud kebudayaan Eropa. Dalam konfrontasi dengan kebudayaan-kebudayaan lain, khususnya dari Asia dan Afrika, Gereja menjadi sadar bahwa penampilannya dalam rupa Eropa tidak berasal dari Yesus, melainkan berkembang dalam peredaran jaman. Dan disadari pula bahwa apa yang berabad-abad lamanya menjadi rupa Gereja, ternyata tidak musti demikian. Juga bisa dengan cara yang lain.

... Maka jelaslah bahwa konsili tidak bisa menyajikan suatu rumusan iman, yang berlaku untuk seluruh dunia. Setiap kelompok harus bertanggung jawab untuk orang sebangsanya, dan setiap Gereja lokal harus mampu mengkomunikasikan imannya. Mencari yang pokok, itulah tujuan konsili yang utama.

PARA USKUP PELOPOR PEMBAHARUAN
(Hal 245-ed)
... Semua itu bukan hanya beban, tetapi juga kegembiraan konsili. Banyak hal baru, yang sebetulnya sudah amat kuno, ditemukan kembali oleh para Uskup. Mereka antusias dan gembira karena pandangan baru yang mereka peroleh. Mereka berani menolak usul-usul yang sudah dipersiapkan panitia. Mereka membuat teks sendiri. Dengan sengaja mereka menghindari bahasa teologi, dan memakai kata-kata Alkitab, supaya ajaran mereka lebih mudah ditangkap oleh orang kebanyakan dan mencapai tujuan pastoral. Mereka juga membentuk kelompok mereka sendiri, yang tidak sama dengan pembagian oleh Roma. Mereka belajar menjadi “nakal” lagi, sama sewaktu mereka masih mahasiswa. Saya kenal seorang kardinal, yang naik bis ke Gereja Santo Petrus dengan pakaian biasa. Tetapi didalam tas ia membawa jubah kardinalnya, yang dikenakan bila sudah masuk di ruang sidang (di belakang sebuah cagak besar!)....

NB:
Romo Tom Jacob,S.J. lahir 13 Juli 1929 di Zevenbergen, Nederland dan wafat 5 April 2008 di Yogyakarta, Indonesia.

Popular Posts